DOSA-DOSA TATKALA SENDIRIAN MERUPAKAN SEBAB BESAR SESEORANG BERBALIK ARAH

1 Februari 2017 Tinggalkan komentar

๐Ÿ’ฅโŒโ›”๐Ÿ”ฅ DOSA-DOSA TATKALA SENDIRIAN MERUPAKAN SEBAB BESAR SESEORANG BERBALIK ARAH

โœ๐Ÿป Asy-Syaikh Dr. Muhammad Ghalib hafizhahullah berkata:

โ€ุฐู†ูˆุจ ุงู„ุฎู„ูˆุงุช ุณุจุจ ุนุธูŠู… ู„ู„ุงู†ุชูƒุงุณุงุช.
ูˆุงู„ู„ู‡ ูŠู‚ูˆู„: ูŠุณุชุฎููˆู† ู…ู† ุงู„ู†ุงุณ ูˆู„ุงูŠุณุชุฎููˆู† ู…ู† ุงู„ู„ู‡.
ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู†ุง ู…ุง ุฃุณุฑุฑู†ุง ูˆู…ุง ุฃุนู„ู†ุง ูˆู…ุง ุฃู†ุช ุฃุนู„ู… ุจู‡ ู…ู†ุง.

“Dosa-dosa ketika sendirian merupakan sebab besar kejatuhan dan berbalik arah (menjauh dari Allah), dan Allah berfirman:

๏ปณูŽ๏บดู’๏บ˜ูŽ๏บจู’๏ป”ู๏ปฎ๏ปฅูŽ ๏ปฃู๏ปฆูŽ ๏บ๏ปŸ๏ปจูŽู‘๏บŽ๏บฑู ๏ปญูŽ๏ปŸูŽ๏บŽ ๏ปณูŽ๏บดู’๏บ˜ูŽ๏บจู’๏ป”ู๏ปฎ๏ปฅูŽ ๏ปฃู๏ปฆูŽ ๏บ๏ปŸ๏ป ูŽู‘๏ปชู.

“Mereka mampu bersembunyi dari manusia, namun mereka tidak akan mampu bersembunyi dari Allah.” (QS. An-Nisa’: 104)

Yaa Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang kami rahasiakan dan yang kami tampakkan, serta dosa-dosa yang Engkau lebih mengetahuinya dibandingkan kami.”

๐ŸŒ Sumber || https://twitter.com/m_g_alomari/status/815859150223712256

โšช WhatsApp Salafy Indonesia
โฉ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž

PENGARUH MAKSIAT DALAM MEMAHAMI AL QUR’AN

1 Februari 2017 Tinggalkan komentar

๐Ÿ’ฅโŒโ›”๐Ÿ”ฅ PENGARUH MAKSIAT DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN

โœ๐Ÿป Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:

ู…ู† ุทู‡ุฑ ู‚ู„ุจู‡ ู…ู† ุงู„ู…ุนุงุตูŠ ูƒุงู† ุฃูู‡ู… ู„ู„ู‚ุฑุขู†ุŒ ูˆุฃู† ู…ู† ุชู†ุฌุณ ุจุงู„ู…ุนุงุตูŠ ูƒุงู† ุฃุจุนุฏ ูู‡ู…ุง ุนู† ุงู„ู‚ุฑุขู†.

“Siapa yang membersihkan hatinya dari berbagai kemaksiatan maka dia orang yang akan paling memahami al-Qur’an, sebaliknya siapa yang mengotori dirinya dengan kemaksiatan maka dia orang yang paling jauh pemahamannya dari al-Qur’an.”

๐Ÿ“š Al-Qaul al-Mufid, hlm. 394

๐ŸŒ Sumber || https://twitter.com/fzmhm12121/status/815864491728572420

โšช WhatsApp Salafy Indonesia
โฉ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž

ROKOK HARAM DALAM ISLAM

1 Februari 2017 Tinggalkan komentar

๐Ÿ’ฅโŒโ›”๐Ÿ”ฅ ROKOK HARAM DALAM ISLAM

โœ๐Ÿป Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata:

ยซูˆุงู„ุฏุฎุงู† ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุดุฑุจู‡ ูˆู„ุง ุจูŠุนู‡ ูˆู„ุง ุงู„ุชุฌุงุฑุฉ ููŠู‡ ู„ู…ุง ููŠ ุฐู„ูƒ ู…ู† ุงู„ู…ุถุงุฑ ุงู„ุนุธูŠู…ุฉ ูˆุงู„ุนูˆุงู‚ุจ ุงู„ูˆุฎูŠู…ุฉยป

“Rokok tidak boleh dihirup, tidak boleh diperjualbelikan, dan tidak boleh diperdagangkan, karena mengandung bahaya besar dan akibat buruk.”

๐Ÿ“š Majmu’ul Fatawa, jilid 6 hlm. 456

๐ŸŒ Sumber || https://twitter.com/fzmhm12121/status/816356202791796738

โšช WhatsApp Salafy Indonesia
โฉ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž

JANGAN MEREMEHKAN DOSA-DOSA KECIL

1 Februari 2017 Tinggalkan komentar

 

๐Ÿ’ฅโ›”โŒ๐Ÿ”ฅ JANGAN MEREMEHKAN DOSA-DOSA KECIL

โœ๐Ÿป Abu Bakr radhiyallahu anhu berkata:

ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุบูุฑ ุงู„ูƒุจุงุฆุฑ ูู„ุง ุชูŠุฆุณูˆุงุŒ ูˆูŠุนุฐุจ ุนู„ู‰ ุงู„ุตุบุงุฆุฑ ูู„ุง ุชุบุชุฑูˆุง.

“Sesungguhnya Allah bisa saja mengampuni dosa-dosa besar sehingga kalian jangan putus asa, namun Dia juga bisa saja menyiksa akibat dosa-dosa kecil sehingga kalian jangan tertipu!”

๐Ÿ“š Syarh Shahih al-Bukhary, karya Ibnu Baththal, jilid 19 hlm. 267

๐ŸŒ Sumber || https://twitter.com/channel_moh/status/810154197731737601

โšช WhatsApp Salafy Indonesia
โฉ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž

Kategori:Pintu Tobat Tag:

AKIBAT CINTA KEDUDUKAN DAN HARTA

1 Februari 2017 Tinggalkan komentar

๐Ÿ’ฅโ›”โŒ๐Ÿ”ฅ AKIBAT CINTA KEDUDUKAN DAN HARTA

โœ๐Ÿป Asy-Syaikh Dr. Arafat bin Hasan al-Muhammady hafizhahullah berkata:

โ€ู…ุญุจุฉ ุงู„ุดุฑู ุชุญู…ู„ูƒ ุนู„ู‰ ุงู†ุชู‚ุงุต ุงู„ุบูŠุฑ ย ุจุงู„ู‡ู…ุฒุŒ ูˆุงู„ู„ู…ุฒุŒ ูˆุงู„ูุฎุฑุŒ ูˆุงู„ุฎูŠู„ุงุก.
ูˆู…ุญุจุฉ ุงู„ู…ุงู„ ุชุญู…ู„ ุนู„ู‰ ุงู„ุจุฎู„.
ูุฃุนุทู ูˆู„ุง ุชุจุฎู„ุŒ ูˆุงุชู‚ ุงู„ู„ู‡ ูˆู„ุง ุชู‡ู…ุฒ ูˆู„ุง ุชู„ู…ุฒ.

“Cinta kedudukan akan menyeretmu untuk merendahkan orang lain dengan mencela, mengolok-olok, bangga diri, dan sombong. Sedangkan cinta harta akan menyeret kepada kekikiran. Jadi memberilah dan jangan kikir, dan bertakwalah kepada Allah dan jangan suka mencela dan mengolok-olok orang lain!”

๐ŸŒ Sumber || https://twitter.com/Arafatbinhassan/status/810227498021744641

โšช WhatsApp Salafy Indonesia
โฉ Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy

๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž๐Ÿ’Ž

Jangan Putus Harapan dari Meraih Ampunan

15 Agustus 2012 1 komentar

Penulis: Al-Ustadz Abu Abdillah Kediri hafizhahullah

Allah subhanahu wa taโ€™ala berfirman:

ู‚ูู„ู’ ูŠูŽุง ุนูุจูŽุงุฏููŠูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽุณู’ุฑูŽูููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ููุณูู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ู†ูŽุทููˆุง ู…ูู†ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ูŠูŽุบู’ููุฑู ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆุจูŽ ุฌูŽู…ููŠุนู‹ุง ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุบูŽูููˆุฑู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู

โ€œKatakanlah: โ€œWahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.โ€ (Az-Zumar: 53)

Tidaklah ada seorang manusia kecuali pasti pernah terjatuh dalam dosa dan kesalahan. Namun demikian, tidak sepatutnya bagi anak cucu Adam putus harapan dan enggan memohon ampun kepada Sang Khalik. Karena Dia pasti akan memberikan ampunan, walaupun dosa-dosa manusia itu sebanyak buih di lautan. Siang dan malam ampunan-Nya senantiasa terbentang, untuk hamba-Nya yang memohon ampun dengan ketulusan. Itulah kemurahan Ar-Rahman, kepada hamba-Nya yang beriman.

Ayat (dalam surat Az-Zumar: 53) yang menjadi topik pembahasan kita kali ini merupakan salah satu ayat yang menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Allah. Sebesar apapun dosa manusia, jika dia mau jujur untuk mengakui kesalahannya, kemudian bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat, maka ampunan dan rahmat-Nya pasti akan diberikan kepada sang hamba.

Sebab Turunnya Ayat

Shahabat โ€˜Abdullah bin โ€˜Abbas pernah mengabarkan bahwa ada sekelompok orang dari kalangan musyrikin yang telah melakukan banyak pembunuhan dan perzinaan. Kemudian mereka mendatangi Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam dan mengatakan kepada beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, โ€œSesungguhnya apa yang engkau katakan dan engkau dakwahkan sangat baik, kiranya engkau memberitahu kami apa yang bisa menjadi kaffarah (penghapus dosa) atas perbuatan-perbuatan kami tersebut?โ€

Seketika itulah, Allah menurunkan ayat-Nya (yang artinya),

โ€œDan orang-orang yang tidak beribadah kepada sesembahan yang lain (selain Allah) bersamaan dengan beribadah kepada Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosanya.โ€ (Al-Furqan: 68)

Dan ayat-Nya (artinya),

โ€œKatakanlah: โ€œWahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.โ€ (Az-Zumar: 53) (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Sebab turunnya ayat di atas menunjukkan bahwa dosa-dosa besar yang telah mereka lakukan (kesyirikan, pembunuhan, dan perzinaan) akan terhapus dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut, bertaubat, beriman setelah sebelumnya berada di atas kekufuran dan kesyirikan, kemudian mengiringinya dengan amal shalih. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayat setelahnya (artinya):

โ€œKecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih, maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.โ€ (Al-Furqan: 70)

Dengan demikian, terjawablah pertanyaan mereka tersebut. Jadi, sebesar apapun dosa yang dilakukan, jangan berputus asa untuk meraih ampunan-Nya. Tentang ayat 53 dalam surat Az-Zumar ini, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, โ€œAyat ini merupakan seruan kepada semua pelaku maksiat, baik dari kalangan orang-orang kafir maupun selain mereka, untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Ayat ini juga mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa bagi orang yang bertaubat dan meninggalkan dosa tersebut.โ€ (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Penjelasan Ayat

ู‚ูู„ู’

โ€œKatakanlah.โ€

Ini perintah kepada Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam dan umatnya yang mengemban dakwah dan menyeru umat manusia kepada kebenaran. Mereka diperintah oleh Allah untuk mengatakan dan menyampaikan kepada para hamba sebuah kalam-Nya yang suci:

ูŠูŽุง ุนูุจูŽุงุฏููŠูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽุณู’ุฑูŽูููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ููุณูู‡ูู…ู’

โ€œWahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri.โ€

Yaitu hamba-hamba Allah subhanahu wa taโ€™ala yang telah berbuat dosa dan maksiat. Dikatakan sebagai orang yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri karena orang yang melakukan kemaksiatan pada hakekatnya telah menjerumuskan diri mereka sendiri kepada jurang kebinasaan. Mereka telah berbuat zalim dan aniaya terhadap dirinya sendiri.

Firman-Nya,

ู„ูŽุง ุชูŽู‚ู’ู†ูŽุทููˆุง ู…ูู†ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู

โ€œJanganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.โ€

Sehingga kalian tidak mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Jangan sampai kalian mengatakan, โ€œKesalahan-kesalahan kami sudah terlampau banyak, dosa-dosa kami sudah sangat besar sehingga tidak mungkin Allah akan mengampuni kami.โ€ Atau ucapan semisal itu yang menunjukkan keputusasaan dan rasa pesimis dari mendapatkan kasih sayang-Nya. Sungguh sikap seperti ini justru akan semakin menumpuk dosa dan melahirkan berbagai kejelekan, di antaranya:

Pertama, sikap seperti ini akan menyebabkan seseorang terus-menerus berada dalam jurang kemaksiatan. Ia tidak mau mengentaskan diri dan keluar dari jurang yang membinasakan tersebut karena di hatinya sudah tertanam bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya.

Kedua, sikap seperti ini menunjukkan suโ€™uzhan (buruk sangka) dia terhadap Penciptanya, Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ketahuilah bahwa di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah pemberian ampunan kepada siapa saja yang memohonnya.

Ketiga, sikap berputus asa dari rahmat Allah subhanahu wa taโ€™ala itu merupakan sikap tercela, sebagaimana firman Allah ketika mengisahkan perkataan Nabi Ibrahim โ€˜alaihis salaam (artinya):

โ€œDia (Nabi Ibrahim) berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang-orang yang sesat.โ€ (Al-Hijr: 56)

Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam pernah ditanya tentang perbuatan apa saja yang digolongkan dosa besar. Beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam pun menjawab, โ€œSyirik kepada Allah, berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa aman dari adzab Allah.โ€ (HR. ath-Thabarani, al-Bazzar, dan selainnya)

Firman-Nya,

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ูŠูŽุบู’ููุฑู ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆุจูŽ ุฌูŽู…ููŠุนู‹ุง

โ€œSesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.โ€

Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya yang ingin bertaubat. Sebesar dan sebanyak apapun dosa itu, Allah akan mengampuninya dengan taubat.

Satu masalah penting yang harus dipahami dengan benar. Sepintas, ayat ini bertentangan dengan ayat yang lain (yang artinya), โ€œSesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah itu bagi barangsiapa yang dikehendaki-Nya.โ€ (An-Nisaโ€™: 48). Pada ayat ini, dengan tegas Allah menyatakan tidak akan mengampuni dosa syirik.

Tidak ada pertentangan sedikit pun di dalam Al-Qur`an antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Ayat dalam surat An-Nisaโ€™: 48 menerangkan bahwa dosa syirik -yang merupakan dosa paling besar- tidak akan diampuni oleh Allah jika pelakunya belum bertaubat darinya. Adapun perbuatan yang tingkatan dosanya di bawah syirik, maka ini di bawah kehendak Allah. Jika berkehendak, Allah akan mengampuninya, dan jika tidak, maka dengan keadilan-Nya, pelakunya berhak mendapatkan adzab dari Dzat Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Namun apabila pelaku kesyirikan itu sudah bertaubat, maka sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman (artinya), โ€œWahai anak Adam, kalau dosa-dosamu (sangat banyak) sampai mencapai awan di langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku akan mengampunimu dan Aku tidakย  peduli. Sesungguhnya jika kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu datang menjumpai-Ku (ketika meninggal) dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi.โ€ (HR. at-Tirmidzi)

Dipahami dari hadits qudsi ini, bahwa Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya kalau si hamba itu tidak berbuat syirik. Berarti dosa syirik itu tidak terampuni kalau pelakunya meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya dan masih membawa dosa tersebut.

Jangan Menganggap Remeh Dosa

Ketika seseorang telah yakin bahwa Allah subhanahu wa taโ€™ala pasti mengampuni semua dosa, dan tidak boleh bagi seorang pun berputus asa dari rahmat-Nya, maka jangan sampai terseret oleh tipu daya setan yang lain, yaitu menganggap remeh perbuatan dosa sehingga menjadi bermudah-mudahan dalam melakukannya. โ€œKan Allah Maha Pengampun, gampang nanti tinggal taubat, beresโ€ฆโ€ย  Ini adalah bisikan-bisikan setan yang terus dihembuskan ke dalam hati-hati manusia.

Pembaca yang dirahmati oleh Allah. Sungguh sekecil apapun perbuatan hamba, baik ataupun buruk, akan tercatat di sisi Allah dan pelakunya akan melihat akibat dari perbuatannya itu. Jangankan dosa besar, dosa kecil pun kalau terus dilakukan oleh seorang hamba, maka akan terus bertumpuk pada dirinya dan akhirnya menjadi dosa besar yang akan membinasakannya. Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูุญูŽู‚ูŽู‘ุฑูŽุงุชู ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจูุŒ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ูู†ูŽู‘ ูŠูŽุฌู’ุชูŽู…ูุนู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูู‡ู’ู„ููƒู’ู†ูŽู‡ู

โ€œHati-hati kalian dari dosa-dosa yang dianggap remeh, karena dosa-dosa tersebut akan terkumpul pada diri seseorang sampai akhirnya bisa membinasakannya.โ€ (HR. Ahmad, ath-Thabarani)

Demikianlah ajaran Islam yang penuh rahmat. Dosa apapun akan terampuni dengan taubat. Namun jangan sekali-kali menganggap enteng perbuatan maksiat. Bersegeralah mengingat Allah dan beramal kebajikan sebelum terlambat. Semoga Allah memberikan kepada kita kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kabulkanlah permohonan kami Yaa Kariim, Yaa Mujiibad daโ€™awaat.
Wallaahu aโ€™lam bish shawab.

Sumber:

http://www.mahadassalafy.net/2012/06/jangan-putus-harapan-dari-meraih-ampunan.html

http://darussalaf.or.id/stories.php?id=2086

Kategori:Pintu Tobat

SANG RAHIB, SEORANG GADIS DAN IBLIS

15 Agustus 2012 1 komentar

Penulis: Majalah Tashfiyyah

Dahulu, di kalangan bani isroil terdapat seorang rahib (ahli ibadah). Dia menghabiskan waktunya untuk selalu beribadah kepada Allah. Ditempatย  lain, tersebutlah 3 orang lelaki bersaudara yang memiliki seorang saudara perempuan yang masih gadis. Ketika itu, ketiganya mendapat panggilan dari penguasanya untuk pergi berperang. Mereka kebingungan kepada siapakah saudara perempuan mereka akan dititipkan untuk dijaga dan dilindungi.

Walhasil, ketiganya akhirnya bersepakat untuk menitipkan saudara perempuannya itu kepada ahli ibadah. Mereka percaya penuh, bahwa sang rahib mampu menjaganya. Benarlah, mereka pun membawa si gadis menuju tempat peribadahan sang rahib. Pada awalnya sang rahib sempat berat hati untuk memikul beban amanah ini. Dia menolaknya dan ber-taโ€™awudz kepada Allah dari apa yang mereka minta. Akan tetapi, mereka bertiga terus membujuknya hingga ia pun terpaksa menerima tawaran tersebut. Sang rahib lantas memerintahkan ketiganya agar menempatkan si gadis di rumah yang ada di depan tempat ibadahnya. Ketiga bersaudara itu pun berangkat berperang meninggalkan si gadis di tempat tersebut.

Kini, setiap hari sang rahib meletakkan makanan di depan pintu tempat peribadahannya, menutup pintunya dan naik ke tempat ibadahnya, kemudian memerintahkan si gadis agar mengambilnya. Hal ini berlangsung beberapa saat lamanya.

Dan tentu musuh kita, iblis, pun kembali beraksi melancarkan tipu dayanya. Iblis membisiki sang rahib dan menghasung untuk selalu berbuat kebajikan. Perhatikan, terkadang iblis memerintahkan kita untuk melakukan suatu kebajikan, akan tetapi sebenarnya ada hal lain yang hendak ia tuju. Kita harus selalu waspada.

Si iblis berkata kepadanya, โ€œSeandainya engkau mau mengantarkan makanan ini di depan rumah gadis itu, pahalanya pasti lebih berlipat. Apakah engkau tidak khawatir jika ia keluar dari rumahnya akan terjadi sesuatu yang tidak kau inginkan. Bagaimana jika ada seseorang yang melihatnya kemudian menjadi fitnah?โ€ Sang rahib pun terkena rayuannya. Ia pun mulai mengantarkan makanannya di depan rumah si gadis. Hal ini berlangsung beberapa lamanya.

Iblis kembali menemuinya.seperti sebelumnya, ia pun berlagak seperti seorang pemberi nasihat. โ€œCobalah kau ajak bicara dia, itu akan menjadikan hatinya merasa lebih tenang. Engkau tidak tahu, barangkali di rumah itu hatinya selalu galauโ€. Kembali, sang rahib termakan bujuk rayuannya. Ia pun mulai berani berbincang dengan si gadis dari atas tempat peribadahannya.

Waktu pun terus berlalu, iblis kembali menemuinya. Tentu, dengan berlagak seorang pemberi nasihat ia kembali berkata, โ€œCobalah kau turun menemuinya, kau duduk di depan pintu tempat ibadahmu itu, pasti hal ini akan lebih menenangkannya. Dan pahala yang engkau dapatkan pun semakin besar.โ€ Sang rahib pun kembali mematuhi bisikan maut iblis. Sang rahib telah turun dari tempat ibadahnya, duduk di teras tempat si gadis dan berbincang dengannya. Hal ini pun berlangsung lama.

Kembali, iblis menemuinya. Ia memerintahkan sang rahib untuk semakin mendekatinya. Ia harus duduk di depan rumah si gadis. โ€œ itu akan lebih menenangkannyaโ€ hasut iblis. Dan sang rahib pun memenuhi rayuannya. Ia lakukan apa yang dikatakan oleh iblis.

Demikian, hal ini juga belarngsung lama. Iblis tiada bosan kembali menemuinya, โ€œCobalah kau masuk menemuinya di dalam rumah. Berbincang-bincanglah dengannya. Pasti hatinya akan semakin tentram dan tenangโ€. Kali ini, mulailah sang rahib masuk menemuinya di dalam rumah. Ia habiskan siang harinya untuk berbincang-bincang bersama si gadis. Jika senja datang ia pun naik ke tempat peribadahannya. Tak menyia- nyiakan kesempatan, si iblis pun mulai menghias-hiasi si gadis dimata sang rahib. Dan tak lama berselang, sang rahib pun berani menyentuh dan menciumnya. Hingga akhirnya, ia pun menghamilinya. Si gadis benar-benar hamil, dan melahirkan seorang anak.

Setelah kelahiran si bayi, iblis menaku-nakuti sang rahib, โ€œCelaka kamu, jika ketiga saudaranya datang, aibmu ini pasti terbongkar. Mereka tak akan membiarkanmu. Mereka akan membunuhmu. Cepat, kau ambil anak itu. Bunuh dan kuburkan dia segera. Ibunya pasti akan menutup mulut. Tak mungkin dia akan memberi tahukan hal ini kepada saudaranya.โ€ Sang rahib kembali termakan rayuan sesatnya. Ia pun membunuh anak itu.

Setelah sang rahib membunuh anaknya, โ€œKau kira ibu si bayi akan diam saja dan tidak akan mengadukan perbuatanmu ini ?! Ingat, kau berzina dengannya dan membunuh anaknya. Ia pasti akan mengungkapkannya. Cepat, temui ibunya! Bunuh dia sekalian dan kuburkan bersama anaknya!โ€ iblis memprovokasi. Ia terusย  memaksanya hingga kembali, tanpa rasa iba, sang rahib membunuh perempuan itu dan menguburkannya dalam satu liang kubur. Ia letakkan di atasnya sebongkah batu besar.

Waktu pun berlalu cepat. Sang rahib kembali menekuni rutinitasnya. Dan tibalah saatnya ketiga bersaudara itu pulang dari medan pertempuran. Mereka pun segera menemui sang rahib. Rindu bersua dengan satu-satunya saudari yang mereka punya. Namun harapan mereka sirna sudah. Sang rahib, dengan penuh isak memberi tahukan bahwa si gadis telah meninggal. Tak lupa, sang rahib juga mendoakan rahmat untuknya. โ€œDia adalah wanita yang baik. Inilah kuburannyaโ€. Kata sang rahib sembari menunjukkan kuburan yang sebenarnya bukan kuburan si gadis. Betapa sedih dan pilu hati mereka bertiga. Mereka pun menangisi kepergiannya dan terus mendoakan kebaikan untuknya.

Mereka pun pulang ke rumahnya. Ketika malam menjelang dan mereka pun tertidur pulas. Iblis melanjutkan misi jahatnya. Didalam mimpi, ia mendatangi mereka bertiga. Di mulai dari yang tertua, kedua, kemudian yang paling bungsu. Dalam mimpi itu ia menanyakan perihal saudarinya. Tentu, mereka pun mengabarkan kepadanya sebatas apa yang mereka ketahui. Persis seperti apa yang disampaikan sang rahib.

โ€œDusta dia!โ€ kata iblis. โ€œSebenarnya ia telah menzinainya, bahkan ia sempat melahirkan seorang anak, akan tetapi sang rahib membunuhnya dan anaknya sekaligus karna ia takut kepada kalian. Ia mengubur keduanya di belakang pintu arah kanan rumah si gadis dahulu tinggal. Pergilah ke tempat tersebut. Masuklah ke dalamnya, pasti, kalian akan menemukan keduanya. Persis, seperti yang aku katakan.

Pagi menjelang, mereka bertiga bangun dalam keadaan penuh heran. Bagaimana tidak ? ketiganya bermimpi dengan mimpi yang sama. โ€œAh ini kan sekedar mimpi biasa. kita tidak perlu menggubrisnyaโ€ kata yang paling tua.ย  โ€œTidak. Kita harus mengeceknyaโ€ sahut si bungsu. Mereka pun akhirnya bersepakat untuk pergi ke tempat tersebut. Mereka masuk ke dalam rumah. Mereka cocokkan dengan apa yang mereka dapatkan di dalam mimpi. Dan, mereka terkejut. Mereka temukan jenazah si gadis dan anaknya di tempat tersebut. Tak menunggu waktu, segera, mereka menginterogasi sang rahib. Tak bisaย  mengelak, ia pun mengakui kebejatannya.

Ketiganya pun menemui pengusa daerah itu. Mengadukan kelakuan sang rahib. Sang rahib diminta turun dari tempat peribadahannya untuk dibunuh di tiang salib. Menjelang eksekusi, kembali, si iblis menemuinya โ€œKau tahu kawan, akulah yang telah menghasutmu hingga kau terpedaya olehku. Kau menzinainya dan membunuhnya beserta anaknya. Kalau kau mau mentaatiku dan kufur kepada Allah. Pasti aku akan menyelamatkanmu.โ€ Tak di nyana, sang rahib menuruti kemauannya. Kini, ia telah kafir terhadap Allah. Rabbnya yang selama ini selalu ia sembah.

Setelah tujuannya tercapai, ia pun segera meninggalkannya. Sang rahib pun mati di tiang salib. Meninggal dalam keadaan kafir kepada Allah.

(Sumber โ€“ Majalah Tashfiyyah edisi 16- )

Sumber: http://darussalaf.or.id/stories.php?id=2096

Kategori:Hikmah Tobat

Taubat dari Hasad dan Dengki

21 Mei 2012 1 komentar

Saya ingin bertaubat kepada Allah I dari sifat hasad1, iri/dengki, dan saya telah berupaya sekuat tenaga untuk lepas dari sifat tersebut. Namun di banyak kesempatan, setan menghias-hiasi sifat tersebut kepada saya dengan jalan rasa cemburu. Jika saya cemburu kepada teman-teman saya sesama wanita atau cemburu melihat keberadaan wanita lain, tumbuhlah hasad saya. Saya pernah mendengar ucapan seorang teman: โ€œSimpanlah rasa cemburu dan hasadmu di dalam hati, jangan engkau ucapkan dengan lisanmu. Jika demikian, engkau tidak akan berdosa.โ€ Apakah benar ucapannya ini?

Samahatus Syaikh Abdul โ€˜Aziz bin Abdillah bin Baz t menjawab:

โ€œIya, bila anda merasa ada hasad yang timbul maka paksa jiwa anda untuk melawannya. Sembunyikan hasad tersebut, jangan melakukan suatu perbuatan yang menyelisihi syariat. Jangan anda sakiti orang yang anda hasadi, baik dengan ucapan ataupun perbuatan. Mohonlah kepada Allah I, agar menghilangkan perasaan itu dari hati anda niscaya hal itu tidaklah memudaratkan anda. Karena jika (dalam hati) seseorang tumbuh hasad namun ia tidak melakukan apapun sebagai pelampiasan hasadnya itu maka hasad itu tidaklah memudaratkannya. Selama ia tidak melakukan tindakan, tidak menyakiti orang yang didengkinya, tidak berupaya menghi-langkan nikmat dari orang yang didengkinya, dan tidak mengucapkan kata-kata yang menjatuhkan kehormatannya. Hasad/rasa dengki itu hanya disimpan dalam dadanya. Namun tentu saja orang seperti ini harus berhati-hati, jangan sampai ia mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan/tindakan yang memudaratkan orang yang didengkinya.

Berkaitan dengan hasad ini, Rasulullah n pernah bersabda:

โ€œHati-hati kalian dari sifat hasad, karena hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.โ€2

Sifat hasad itu adalah sifat yang jelek dan sebenarnya menyakiti dan menyiksa pemiliknya sebelum ia menyakiti orang lain. Maka sepantasnya seorang mukmin dan mukminah berhati-hati dari hasad, dengan memohon pertolongan dan pemaafan dari Allah I. Seorang mukmin harus tunduk berserah diri kepada Allah I -demikian pula seorang mukminah- dengan memohon dan berharap kepada-Nya agar menghilangkan hasad tersebut dari dalam hatinya, sehingga tidak tersisa dan tidak tertinggal sedikitpun. Karena itu, kapanpun anda merasa ada hasad menjalar di hati anda, hendaklah anda paksa jiwa anda untuk menyembunyikannya dalam hati tanpa menyakiti orang yang didengki, baik dengan ucapan ataupun perbuatan. Wallahul mustaโ€™an.โ€
(Kitab Fatawa Nur โ€˜Alad Darb, hal. 131-132)

Catatan Kaki:

1 Hasad adalah mengangan-angankan hilangnya nikmat yang diperoleh orang lain, baik berupa nikmat agama ataupun dunia.

2ย  HR. Abu Dawud. Namunย  hadits ini didhaifkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Silsilah Al-Ahadits Adl-Dhaโ€™ifah no. 1902, karena dalam sanadnya ada kakek Ibrahim bin Abi Usaid yang majhul. Tentang keharaman hasad ini telah ditunjukkan dalam hadits shahih dari Anas bin Malik t, ia berkata: Nabi n bersabda:

โ€œJanganlah kalian saling benci, jangan saling hasad, jangan saling membelakangi (membuang muka saat bertemu) dan jangan saling memutus hubungan, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan (tidak bertegur sapa dengan) saudaranya lebih dari tiga hari.โ€ (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sumber:ย http://asysyariah.com/taubat-dari-hasad-dan-dengki.html

Dosa Sebelum Beroleh Hidayah

Saya tadinya seorangย jahiliahย yang tidak mengerti Islam, kemudian Allah l memberi anugerah kepada saya berupa hidayah Islam. Padahal sebelumnya saya telah melakukan banyak kesalahan/dosaย (kezaliman). Sementara itu, Rasulullah n bersabda, โ€œSiapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya baik berupa pelanggaran terhadap kehormatannya maupun yang lain, hendaklah pada hari ini ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut sebelum datang suatu hari yang tidak bermanfaat lagi dinar (mata uang emas) dan tidak pula dirham (perak).โ€

Apa yang Anda nasihatkan kepada saya terkait kondisi saya ini?

Jawab:

Allah l telah mensyariatkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertaubat. Dia berfirman:

โ€œBertaubatlah kalian seluruhnya kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, mudah-mudahan kalian beruntung.โ€ (an-Nur: 31)
Allah l berfirman:
โ€œWahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nashuha.โ€ (at-Tahrim)

Dia Yang Mahamulia lagi Mahatinggi menyatakan:
โ€œSungguh, Aku Maha Pengampun terhadap orang yang mau bertaubat dan beriman lagi beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.โ€ (Thaha: 82)

Rasulullah n bersabda:

ุงู„ุชูŽู‘ุงุฆูุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ู†ู’ุจู ูƒูŽู…ูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุฐูŽู†ู’ุจูŽ ู„ูŽู‡ู

โ€œOrang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.โ€

Siapa yang mengakui suatu maksiat, hendaklah ia segera bertaubat, menyesal, mencabut diri, berhati-hati (sehingga tidak jatuh lagi ke dalam dosa tersebut), dan berazam/berketetapan hati untuk tidak melakukannya kembali. Allah l memberi taubat, menerimanya dari hamba-hamba-Nya yang bertaubat.

Ketika seorang jujur taubatnya, dengan menyesali dosa-dosanya yang telah lewat dan berazam (berketetapan hati) untuk tidak kembali mengulangi, ia menarik dirinya dari perbuatan maksiat tersebut dalam rangka pengagungan terhadap Allah l danย takut kepada Allahย l, maka Allah l akan menerima taubatnya. Allah l akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lewat sebagai keutamaan dari-Nya dan kebaikan-Nya kepada si hamba.

Akan tetapi, jika maksiat itu berupa kezaliman kepada hamba-hamba Allah l, hal itu butuh kepada pengembalian hak para hamba yang dizalimi tersebut atau meminta kehalalan dari orang yang punya hak, disertai rasa penyesalan, mencabut diri dari maksiat tersebut, dan berazam untuk tidak mengulang lagi. Misalnya, ia berkata kepada orang yang dizaliminya, โ€œMaafkan saya, wahai saudaraku,โ€ atau ucapan semisalnya, atau ia memberi hak saudaranya tersebut. Hal ini berdasar hadits yang disebutkan oleh penanya dan hadits-hadits lain serta ayat-ayat al-Qurโ€™an.

Rasulullah n bersabda:

ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ู„ูุฃูŽุฎููŠู’ู‡ู ู…ูŽุธู’ู„ูŽู…ูŽุฉูŒ ููŽู„ู’ูŠูŽุชูŽุญูŽู„ูŽู‘ู„ู’ู‡ู ุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽุงุฑู‹ุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ู‹ุง. ุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ุนูŽู…ูŽู„ูŒ ุตูŽุงู„ูุญูŒ ุฃูุฎูุฐูŽ ู…ูู†ู’ ุญูŽุณูŽู†ุงูŽุชูู‡ู ุจูู‚ูŽุฏู’ุฑู ู…ูŽุธู’ู„ูŽู…ูŽุชูู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชู ุฃูุฎูุฐูŽ ู…ูู†ู’ ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุงุชู ุตูŽุงุญูุจูู‡ู ููŽุญูู…ูู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู

โ€œSiapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta kehalalan saudaranya tersebut pada hari ini, sebelum datang suatu hari saat tidak berlaku lagi dinar dan tidak pula dirham. Jika ia memiliki amal saleh, akan diambil dari kebaikannya sesuai dengan kadar kezaliman yang diperbuatnya lalu diserahkan kepada orang yang dizaliminya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, akan diambil kejelekan saudaranya yang dizaliminya lalu dibebankan kepadanya.โ€ (HR. al-Bukhari dalam Shahih-nya)

Sepantasnya, seorang muslim bersemangat untuk berlepas diri dan selamat dari melanggar hak saudaranya. Apabila hal ini sampai terjadi (dan ia mau bertaubat) hendaklah ia mengembalikan hak yang diambilnya atau ia minta kehalalan dari saudaranya.

Apabila yang dilanggarnya tersebut adalah kehormatan orang lain, ia harus meminta kehalalan orang tersebut jika ia mampu. Jika tidak mampu atau ia khawatir keterusterangannya di hadapan orang tersebut justru menimbulkan kejelekan yang lebih besar, cukup ia memintakan ampun untuk orang tersebut, mendoakan kebaikan untuknya, serta menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain dengan kebaikan-kebaikan yang diketahuinya ada pada orang tersebut sebagai pengganti ucapan buruk yang diucapkannya sebelumnya.

Intinya, ia wajib mencuci kejelekan sebelumnya dengan kebaikan-kebaikan yang belakangan. Maka dari itu, ia menyebut orang itu dengan kebaikan yang diketahuinya. Ia juga menyebarkan kebaikannya sebagai lawan dari kejelekan yang sebelumnya ia sebarkan. Ia memohonkan ampun dan mendoakan kebaikan pula untuknya. Dengan ini, selesailah permasalahan.

(Majmuโ€™ Fatawa wa Maqalat Mutanawwiโ€™ah, 4/ 374โ€”375)

Sumber:ย http://asysyariah.com/dosa-sebelum-beroleh-hidayah.html

Pergaulan Bebas Menebar Budaya Syahwat

19 Mei 2012 1 komentar

Penulis: Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin

Jangan terkejut dan heran apabila pada masa sekarang dijumpai anak berusia sepuluh tahunโ€”atau bahkan lebih rendahโ€”mampu bertutur secara lancar dan tanpa malu masalah hubungan suami istri. Jangan kaget dan heran pula jika dijumpai anak-anak usia sekolah dasar mengetahui beberapa kosakata terkait masalah seksual. Masalah yang masih relatif dianggap sebagai barang sensitif dan tabu. Pertanyaannya, mengapa anak-anak yang masih relatif ingusan itu bisa mengetahui hal-hal yang dianggap sensitif dan tabu tersebut?

Dari survei yang ada, ternyata mereka mengenal masalah seputar seks dari media, seperti situs internet, majalah, novel, cakrampadat (CD), dan telepon seluler (HP). Bahkan, telepon seluler menempati urutan pertama sebagai media yang bisa diakses untuk mendapat informasi masalah seks. (Pornografi Dilarang Tapi Dicari, Azimah Soebagijo, hlm. 84)

Kini, melalui kemajuan teknologi yang ada, siapa pun bisa dengan mudah teracuni barang haram. Berdasar laporan American Demographics Magazine, yang mengutip data sextracker.com, disebutkan bahwa jumlah situs porno meningkat pesat dari 22.100 pada 1997 menjadi 280.300 pada 2000. Dalam kurun waktu tiga tahun telah terjadi lonjakan 10 kali lipat. (Pornografi Dilarang Tapi Dicari hlm. 9)

Ini baru dari media internet. Media lainnya, seperti VCD porno, koran, majalah, buku/novel, telepon seluler, dan film tentu akan menjadikan para orang tua, pendidik, dan ustadz lebih miris lagi. Keadaan masyarakat tidak lagi dikepung oleh pornografi, bahkan telah disuguhi langsung masalah itu di hadapannya. Tinggal mengunduh. Jadi, sangat masuk akal sekali apabila anak-anak usia sekolah dasar banyak pengetahuannya tentang pornografi. Bagaimana dengan kalangan remaja?

Kalangan remaja pun tak jauh berbeda. Meningkatnya kenakalan remaja merupakan salah satu dampak media informasi. Misalnya, program televisi yang tidak mendidik. Televisi telah menjadi sarana tersampaikannya pesan-pesan pergaulan bebas. Itu bisa dilihat dari tayangan yang mengandung unsur pornografi, kekerasan, dan budaya hedonisme. Industri sinetron dan film lebih senang menyusupkan unsur-unsur pornografi, kekerasan, dan budaya hedonisme ke dalam alur ceritanya. Dengan demikian, secara sadar atau tidak, masyarakat dididik untuk menirunya. Dengan tayangan semacam itu, jangan terkejut jika perilaku sebagian remaja perkotaanโ€”bahkan perdesaanโ€”berubah menjadi liar dan beringas. Tayangan pergaulan bebas sudah menjadi menu utama, seperti tayangan mengonsumsi obat-obat terlarang, berpakaian minim, setengah telanjang, seksi, goyang sensual/erotis para pedangdut, kisah percintaan hingga seks bebas, atau dalam bentuk ucapan-ucapan yang bermuatan porno, memaki, menghina, kasar, dan bentuk-bentuk ucapan sarkasme lainnya. Akibat dari suguhan tontonan yang demikian, bentuk penyimpangan perilaku pada remaja pun terjadi. Mereka diberi contoh, mereka meniru. (Anakku Diasuh Naruto, Imam Musbikin, hlm. 42โ€”43)

Dari pesan-pesan pergaulan bebas yang ditayangkan di berbagai media, terjadilah berbagai kasus. Di Gemolong, Sragenโ€”sebuah kecamatan di pinggiran utara Soloโ€”sampai pertengahan tahun 2011 ini telah terjadi dua puluh kasus pernikahan karena โ€˜kecelakaanโ€™. Yang menjadi salah satu sebab adalah lingkungan yang permisif. Nilai-nilai dalam masyarakat, terutama nilai ajaran Islam, semakin longgar. Jumlah tersebut berdasarkan surat keterangan dari Puskesmas setempat yang terlampir dalam persyaratan permohonan nikah di Kantor Urusan Agama (KUA). (Espos, 20 Juli 2011)

Di Klaten pun terjadi kasus yang sama. Berdasar laporan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klaten, rata-rata setiap bulan terjadi 2โ€”3 kasus hamil sebelum menikah. (Espos, 20 Maret 2011)
Data Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang pada 2006 menunjukkan bahwa tindak pidana dengan pelaku anak-anak, yang tertinggi adalah kasus narkoba. Kasus kejahatan seksual merupakan urutan kedua tertinggi. Sementara itu, Yayasan Kita dan Buah Hati juga menemukan data yang mencengangkan, yaitu dari 1.705 murid Sekolah Dasar (SD) yang menjadi responden penelitian, ternyata 25% dari mereka terbiasa mengakses pornografi. (Pornografi Dilarang Tapi Dicari, hlm. 134)
Pergaulan bebas memicu lonjakan kasus HIV/AIDS. Dilaporkan untuk tahun 2011 ini sampai bulan April, di Solo telah ada korban terinfeksi HIV/AIDS. Kalangan ibu rumah tangga yang terkena tercatat 141 orang. Mereka terkena melalui kontak dengan suami yang suka โ€œjajanโ€. Adapun pria tercatat 242 orang. Kemudian yang terkena melalui narkoba suntik sebanyak 78 orang. Kalangan wanita tuna susila 58 orang. Sekali lagi, ini adalah akibat pergaulan bebas. Ini baru yang terdata, belum yang dilakukan secara liar sehingga tak bisa didata. (Espos, 7 Juni 2011)

Perubahan global yang berlangsung dewasa ini telah membuka sekat-sekat antarruang. Perubahan tersebut melahirkan implikasi yang serius terhadap tatanan nilai yang telah dianut oleh suatu masyarakat. Perubahan itu tentu saja akan membentuk satu pola perilaku tertentu yang sama sekali baru yang sebelumnya tak ada. Peralihan pola perilaku itulah yang sedikit banyak akan memunculkan ketegangan-ketegangan dalam kehidupan masyarakat.

Tindakan aborsi adalah salah satu hasil dari tatanan nilai peralihan, meskipun aborsi itu sendiri bukan merupakan satu pola perilaku yang baru atau sebelumnya tidak pernah ada. Tindak aborsi merupakan salah satu dari sekian banyak fenomena yang menunjukkan bukti telah terjadinya konflik-konflik kepentingan internal individu, meski sebenarnya tindak aborsi ini merupakan rentetan panjang dari sebuah proses keterpurukan moral masyarakat. Apabila pola perilaku ini semakin menggelombang, tidak menutup kemungkinan akan terbentuk satu peradaban yang meluluhlantakkan nilai-nilai kemanusiaan universal.

Dari berbagai hasil temuan disebutkan bahwa di Jakarta, tidak kurang dari 5.000 orang per tahun melakukan aborsi. Rinciannya, 48% berusia 20 tahun ke atas, 46,5% berusia 16โ€”19 tahun, dan 5,5% berusia 12โ€”15 tahun. Ini data pada 1992.

Di Yogyakarta, selama Januari sampai Oktober 1993 diperoleh angka yang menyebutkan bahwa 328 pelajar dan mahasiswa melakukan aborsi. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan 300% lebih dari jumlah tindak aborsi sebelumnya. Pada tahun 1992, jumlah pelajar dan mahasiswa yang melakukan aborsi tercatat 97 orang, dengan rincian Januari hingga Juli sebanyak 35 orang dan Juli hingga Desember sebanyak 62 orang. Data tersebut belum termasuk aborsi yang dilakukan sendiri menggunakan obat atau jamu tradisional, atau melalui bantuan dukun. Seluruh alasan pelaku tindak aborsi adalah karena kehamilan yang tidak dikehendaki (zina). (Republika, 30 Agustus 1994)

Di Medan, pada tahun 1990 tercatat 80 remaja usia 14โ€”24 tahun hamil sebelum menikah. Prediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah aborsi di Indonesia mencapai 1,5 juta janin per tahun, sedangkan keguguran alamiah mencapai 750 ribu atau 15% dari lima juta kehamilan setiap tahunnya. (Republika, 13 Juni 1998)

Angka kematian ibu di Indonesia menduduki posisi teratas di kawasan Asia Tenggara. Pada 2005, angka kematian tercatat 365 dari 100.000 orang. Yang memprihatinkan, penyebab kematian itu adalah komplikasi kehamilan dan melahirkan, infeksi, dan pendarahan akibat aborsi. Angka total dari upaya aborsi yang dilakukan pada tahun 2005 mencapai 51% dari jumlah kematian ibu. Sebesar 12% di antaranya dilakukan oleh remaja yang berusia di bawah 21 tahun. (Pornografi Dilarang Tapi Dicari, hlm. 73)

Mencermati angka-angka di atas, tampak adanya penonjolan secara kuantitas di kalangan remaja dalam melakukan tindakan aborsi. Fenomena-fenomena yang ada tersebut terjadi saat keberadaan media internet, VCD, HP belum sedahsyat sekarang ini. Apatah jadinya apabila data terkait masalah itu diambil pada tahun terakhir ini, ketika sarana untuk menumbuhsuburkan pergaulan bebas merebak tak terkendali. Sungguh, ini merupakan fenomena sosial yang menjadikan para pecinta kebaikan mengelus dada.

Pergaulan bebas akan mendorong sikap desakralisasi seks, yaitu suatu konsep yang merujuk pada penolakan atas prinsip bahwa seks adalah sesuatu yang suci dan hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan. Ini berarti bahwa seks dapat dilakukan secara bebas, baik sesama jenis maupun lain jenis, di luar pernikahan. Apabila desakralisasi seks ini telah menjadi budaya, akan berdampak banyak secara sosial. Salah satu yang utama adalah hancurnya lembaga pernikahan. Lembaga pernikahan menjadi tidak penting. Tidak ada keharusan pada seseorang untuk hanya setia kepada pasangan tetap dalam lembaga (ikatan) pernikahan. Akibatnya, orang bisa bersama dengan orang lain dalam waktu tertentu tanpa perlu menikah (kumpul kebo, -pen.). Tanpa ikatan pernikahan, maka tanggung jawab terhadap pasangan juga melemah. Begitu salah satu pasangan terpesona dengan orang lain, dengan mudah ia akan meninggalkan pasangannya sebelumnya tanpa harus โ€œterbelengguโ€ oleh ikatan apa pun.

Hal serupa juga dapat menimpa mereka yang sudah โ€œkepalangโ€ menikah. Desakralisasi seks membuat hubungan di luar nikah menjadi seolah-olah โ€œtidak haramโ€. Suami atau istri tidak akan merasa berdosa berhubungan seks dengan orang lain. Kondisi inilah yang rentan mendatangkan masalah. Karena, betapa pun rasionalnya masyarakat, perilaku berpindah-pindah pasangan semacam itu lazim dianggap sebagai โ€œpengkhianatanโ€. Biasanya, solusi utama dari kondisi pernikahan saat salah satu pasangan merasa dikhianati adalah perceraian.

Hancurnya lembaga pernikahan pada gilirannya akan memunculkan anak-anak yang tumbuh tidak dalam keluarga yang โ€œlengkapโ€, yang biasanya dikenal dengan single parenthood. Keluarga tidak lengkap ini umumnya tanpa ayah. Apabila ini terjadi, yang akan terbebani umumnya adalah ibu. Dalam kondisi ini, sang ibu akan terpaksa bekerja untuk menafkahi dirinya dan anaknya. Sementara itu, anak hidup dan tumbuh tanpa figur ayah dan ibu yang sudah sedemikian sibuk mencari nafkah. Akibatnya, praktis sang anak dibesarkan oleh lingkungan yang tidak kondusif, bahkan tak menutup kemungkinan anak dibesarkan di jalanan, tanpa bekal pendidikan yang cukup, perhatian, dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Dampak lain dari desakralisasi seks adalah meningkatnya penyakit menular seksual, HIV/AIDS. Tanpa kesetiaan kepada pasangannya dalam sebuah lembaga pernikahan, orang akan dengan mudah berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks. Jadi, desakralisasi seks sangat potensial mendorong peningkatan penyebaran HIV/AIDS. Selain itu, desakralisasi seks menyuburkan pula tumbuhnya kehamilan remaja (di luar nikah), pemerkosaan, dan pelacuran. Dalam hal pelacuran, desakralisasi seks menurunkan sensitivitas masyarakat terhadap bentuk perzinaan satu ini. Karena seks bukanlah sesuatu yang suci, tindakan untuk melarang pelacuran bukanlah sesuatu yang sangat dikutuk. Masyarakat akan berlogika, โ€œBiarkan saja, toh mereka melakukan atas dasar suka sama suka. Lagi pula, mereka melakukannya tanpa mengganggu masyarakat lainnya.โ€ Tentu, ini sebuah logika yang sangat naif, terlalu dangkal, sangat picik, sempit, dan tidak berwawasan jauh ke depan. Logika tidak bermoral, tumpul dalam memandang nilai kebaikan dan kebenaran. (Pornografi Dilarang Tapi Dicari, hlm. 69โ€”72)

Allah l berfirman,
โ€œDan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.โ€ (al-Muโ€™minun: 5โ€”7)

Terkait masalah di atas, Ibnu Katsir t menyebutkan dalam tafsirnya bahwa mereka adalah orang yang menjaga kemaluannya dari yang haram. Mereka tidak meletakkannya pada sesuatu yang dilarang oleh Allah l, seperti difungsikan untuk berzina, atau melakukan hubungan sesama jenis (homoseks). Tidaklah mereka mendekati selain para istri mereka atau budak yang mereka miliki. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/475)

Rasulullah n memberikan pendidikan kepada para sahabat dalam perkara tersebut. Dalam hadits Abu Dzar z, disebutkan bahwa beberapa orang dari kalangan sahabat Rasulullah n mengadu kepada beliau n,

ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ุซููˆุฑู ุจูุงู„ู’ุฃูุฌููˆุฑูุŒ ูŠูุตูŽู„ูู‘ูˆู†ูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ู†ูุตูŽู„ูู‘ูŠุŒ ูˆูŽูŠูŽุตููˆู…ููˆู†ูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ู†ูŽุตููˆู…ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุชูŽุตูŽุฏูŽู‘ู‚ููˆู†ูŽ ุจูููุถููˆู„ู ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูู‡ูู…ู’. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽูˆูŽ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽูƒูู…ู’ ู…ูŽุง ุชูŽุตูŽุฏูŽู‘ู‚ููˆู†ูŽุŒ ุฅูู†ูŽู‘ ุจููƒูู„ูู‘ ุชูŽุณู’ุจููŠุญูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูƒูู„ูู‘ ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูƒูู„ูู‘ ุชูŽุญู’ู…ููŠุฏูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูƒูู„ูู‘ ุชูŽู‡ู’ู„ููŠู„ูŽุฉู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู’ุฑู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑููˆูู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽู†ูŽู‡ู’ูŠู ุนูŽู†ู’ ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูููŠ ุจูุถู’ุนู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉู‹. ู‚ูŽุงู„ููˆุง: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุฃูŽูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุฃูŽุญูŽุฏูู†ูŽุง ุดูŽู‡ู’ูˆูŽุชูŽู‡ู ูˆูŽูŠูŽูƒููˆู†ู ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ู‡ูŽุง ุฃูŽุฌู’ุฑูŒุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู…ู’ ู„ูŽูˆู’ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุง ูููŠ ุญูŽุฑูŽุงู…ู ุฃูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ ูˆูุฒู’ุฑูŒุŸ ููŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฅูุฐูŽุง ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽู„ูŽุงู„ู ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฑูŒ

โ€œWahai Rasulullah, orang-orang kaya itu telah pergi membawa pahala mereka. Mereka tunaikan shalat sebagaimana kami shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka bisa bersedekah dengan kelebihan hartanya yang mereka miliki.โ€ Rasulullah n menanggapi pernyataan mereka, โ€œBukankah Allah l telah menjadikan bagimu sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Sungguh, tiap kali bertasbih itu adalah sedekah. Setiap kali bertakbir itu adalah sedekah. Setiap kali bertahmid itu adalah sedekah. Setiap kali bertahlil itu adalah sedekah. Memerintahkan kepada hal yang maโ€™ruf adalah sedekah. Mencegah dari kemungkaran pun sedekah. Kemaluanmu juga merupakan sedekah.โ€ Para sahabat bertanya, โ€œWahai Rasulullah, apakah jika kami menyalurkan hasrat syahwatnya menjadikan dapat pahala dalam hal itu?โ€ Jawab Beliau n, โ€œApa pendapatmu jika seseorang menyalurkan syahwatnya di tempat yang haram menjadikannya menuai dosa? Demikian pula apabila seseorang menyalurkan syahwatnya pada tempat yang halal, niscaya dia akan meraup pahala.โ€ (HR. Muslim no. 1006)

Hadits di atas mengungkap keluhan orang-orang fakir dari kalangan sahabat kepada Nabi n. Keluhan lantaran didorong semangat untuk berbuat kebaikan, berlomba dalam amal kebaikan dengan kalangan orang berpunya dari para sahabat. Dalam hadits ini, Rasulullah n menjelaskan kepada para sahabat perihal penyaluran syahwat yang benar yang kelak akan mendatangkan pahala. Melalui metode tanya jawab yang cerdas, Rasulullah n memberikan analogi (qiyas), perbandingan: jika mengumbar syahwat secara bebas pada sesuatu yang haram adalah dosa, menyalurkan hasrat seksual pada yang halal tentu akan mendulang pahala.

Masalah hubungan suami istri adalah masalah yang sangat privasi. Islam menempatkan hal demikian dan melarang secara keras untuk membuka ke ruang publik. Apalagi sampai direkam lantas beredar di tengah masyarakat. Nasโ€™alullaha as-salamah wal โ€˜afiyah (kita memohon keselamatan kepada Allah).

Abu Saโ€™id al-Khudri z pernah berkata bahwa Rasulullah n bersabda,

ุฅูู†ูŽู‘ ุดูŽุฑูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉู‹ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ู ูŠููู’ุถููŠ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุชูู‡ู ูˆูŽุชููู’ุถููŠ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุซูู…ูŽู‘ ูŠูŽู†ู’ุดูุฑู ุณูุฑูŽู‘ู‡ูŽุง

โ€œSungguh, manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah l pada hari kiamat adalah seseorang yang bercampur dengan istrinya dan istrinya bercampur dengannya, kemudian dia menyebarkan rahasianya.โ€ (HR. Muslim no. 1437)

Menurut al-Imam an-Nawawi t, hadits ini mengandung pengharaman menyebarkan apa yang telah terjadi antara sepasang suami istri terkait dengan urusan istimtaโ€™ (hubungan suami istri), baik sekadar mengungkapkan dalam hal sifat maupun rinciannya. Tidak boleh menyebarluaskan apa yang terjadi pada istri, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, atau bentuk lainnya. (al-Minhaj, Syarh Shahih Muslim, 10/250)

Jadi, hanya orang yang sudah tidak memiliki rasa malu yang akan melakukan perbuatan tidak senonoh itu. Di manakah martabatnya sebagai manusia?

Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik kepada lawan jenisnya. Namun, apabila ketertarikan terhadap lawan jenis tersebut dibiarkan bebas lepas tiada kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia. Pandangan mata yang dibiarkan liar, bebas menatap lawan jenis yang tidak halal baginya, tentu banyak menimbulkan dampak negatif. Sama halnya pandangan mata yang dibiarkan menerawang, menatap sesuatu yang mengandung unsur pornografi. Ini tak ubah seperti menyiramkan bahan bakar ke dalam bara api, membakar. Menyalakan gejolak syahwat. Maka dari itu, manakala dorongan-dorongan syahwat menuntut untuk dipenuhi, bagi sebagian orang yang lupa diri kadang mengambil jalan pintas. Ada yang terjatuh melakukan masturbasi (onani) atau mendatangi sesuatu yang tak halal baginya. Nasโ€™alullaha as-salamah wal โ€˜afiyah.

Zaman telah berubah drastis. Nilai, norma, dan cara pandang dalam masyarakat sudah menjadi longgar. Kemaksiatan pun kukuh mencengkeram kehidupan masyarakat. Serasa kehidupan ini diselimuti kegelapan nan sekelam malam. Beruntunglah manusia yang dijaga oleh Allah l, dilindungi dari arus budaya syahwat, dan diselamatkan dari pusaran maksiat yang menghinakan. Sungguh beruntung saat dirinya mampu tegak berjalan mengamalkan firman-Nya,
โ€œDan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.โ€ (al-Muโ€™minun: 5โ€”7)

Agar tidak terjebak arus budaya syahwat yang menyimpang, Islam telah memberikan arahan yang sangat transparan dan praktis. Di antara yang dituntunkan adalah:

1. Islam mendidik umatnya untuk senantiasa pandai menjaga pandangannya.

Allah l berfirman,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, โ€œHendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Hal itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.โ€ Katakanlah kepada wanita yang beriman, โ€œHendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya melainkan yang (biasa) tampak darinya.โ€ (an-Nur: 30โ€”31)
Dari Jarir z,

ุณูŽุฃูŽู„ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู n ุนูŽู†ู’ ู†ูŽุธูŽุฑู ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฃูŽุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงุตู’ุฑููู’ ุจูŽุตูŽุฑูŽูƒูŽ

โ€œAku bertanya kepada Rasulullah n mengenai pandangan pertama yang tiba-tiba. Beliau n menjawab, โ€˜Palingkan pandanganmuโ€™.โ€ (HR. Muslim, no. 45)

2. Islam mendidik manusia untuk tidak melakukan ikhtilath (bercampur dengan lawan jenis yang bukan mahram) dan berkhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram).

Allah l berfirman,
โ€œApabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang tabir.โ€ (al-Ahzab: 53)

Dari โ€˜Uqbah bin Amir z, sesungguhnya Rasulullah n bersabda,

ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ุฎููˆู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูู‘ุณูŽุงุกู. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุตูŽุงุฑู: ุฃูŽููŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ูˆูŽุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ูˆู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู

โ€œHendaknya kalian berhati-hati masuk ke kalangan wanita.โ€ Seorang lelaki Anshar bertanya, โ€œApa pendapatmu mengenai saudara ipar?โ€ Beliau n menjawab, โ€œSaudara ipar adalah maut (kematian).โ€ (HR. al-Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 20)

3. Islam mendidik (khususnya kaum wanita) untuk berpakaian menutup seluruh tubuhnya.

Allah l berfirman,
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, โ€œHendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.โ€ Hal itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (al-Ahzab: 59)

4. Islam mengatur etika berhias

Berhias berarti usaha untuk memperindah dan mempercantik diri agar bisa berpenampilan menawan. Karena sesungguhnya telah menjadi tabiat manusia untuk berpenampilan indah, menawan, dan nikmat dipandang orang. Allah l berfirman,
โ€œHai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.โ€ (al-Aโ€™raf: 31)

Islam menganjurkan agar pemeluknya senantiasa tampil rapi, bersih, cantik, menawan, dan penuh pesona. Namun, perlu dipahami pula bahwa Islam telah mengatur kapan saatnya berhias, mengapa seseorang harus berhias, apa saja yang diperbolehkan dan dilarang dalam berhias, dan bagaimana cara berhias bagi laki-laki dan wanita, serta apa saja etika berhias yang harus diterapkan. Berbeda halnya dengan sebagian orang pada masa ini yang berdalih bahwa Islam tidak melarang berhias, lantas mereka berhias, memamerkan tubuhnya kepada yang bukan haknya. Mereka (kaum wanita) ber-tabarruj, memajang sederet perhiasan pada tubuhnya dan memperlihatkan kecantikan wajahnya. Ia berjalan dengan memikat sehingga semua yang ada dalam dirinya memesona dan mampu menggoda laki-laki. Padahal tujuan berhias dalam Islam tidaklah demikian. Allah l berfirman,
โ€œDan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu.โ€ (al-Ahzab: 33)

Ketentuan-ketentuan seperti ini ditanamkan pada masyarakat adalah untuk kebaikan masyarakat itu sendiri. Termasuk apabila setiap individu menunaikannya dalam rangka ketaatan kepada Allah l dan Rasul-Nya, tentu akan memberikan banyak kebaikan bagi individu itu sendiri. Jangan sampai sikap dan perilaku keji itu tersebar di masyarakat.
Allah l berfirman,
โ€œSesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.โ€ (an-Nur: 19)

Menurut asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-โ€˜Utsaimin t, salah satu makna โ€œsuka menyebarkan perbuatan keji (al-fahisyah) di kalangan orang-orang berimanโ€ adalah menyukai tersebarnya al-fahisyah di tengah-tengah masyarakat muslim, termasuk dalam hal ini menyebarkan film-film porno serta media cetak (majalah, tabloid, selebaran, pamflet, dan yang sejenis, red.) yang jelek, jahat, dan porno. Sungguh, media-media semacam ini tanpa diragukan lagi termasuk yang menghendaki tersebarnya al-fahisyah di komunitas muslim. Orang-orang yang terlibat di dalamnya menginginkan timbul gejolak fitnah (kerusakan dan malapetaka) pada agama seorang muslim. Tentu, melalui apa yang mereka sebarkan di majalah, surat kabar porno yang merusak dan media-media lainnya (seperti internet, TV, dan HP). Barang siapa menyukai tersebarnya al-fahisyah (keji) pada orang tertentu (bersifat individu), bukan dalam lingkup masyarakat Islam secara menyeluruh, balasannya adalah azab yang pedih di dunia dan akhirat. (Syarhu Riyadhi as-Shalihin, 1/598)

Kini perbuatan al-fahisyah (keji) melalui media massa sudah amat dahsyat. Selera buka-bukaan untuk mempertontonkan aurat wanita menjadi bumbu wajib. Jika tidak menampilkan gemulai tubuh wanita, seakan-akan tidak ada daya tarik. Sedemikian rendah dan hinakah wanita dieksploitasi? Yang jelas, tampilan sebuah media merupakan cermin orang-orang yang berada di belakang media itu sendiri.

Wallahu aโ€™lam.

Sumber: http://asysyariah.com/syahwat.html